
Realisasi Impor Sapi Perah Masih Jauh dari Target
Kementerian Pertanian (Kementan) mengungkapkan bahwa hingga pertengahan 2025, impor sapi perah baru mencapai 9.700 ekor. Jumlah ini tergolong rendah jika dibandingkan dengan target tahunan yang telah ditetapkan.
Data dari Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) menyebutkan, kebutuhan nasional akan sapi perah masih belum terpenuhi. Impor dianggap sebagai solusi untuk menambah populasi dan meningkatkan produksi susu dalam negeri.
Penyebab Lambatnya Realisasi Impor
Salah satu penyebab keterlambatan impor adalah kendala administratif dan teknis. Termasuk di dalamnya proses perizinan dan pengiriman dari negara asal sapi.
Beberapa perusahaan importir juga menghadapi masalah kesiapan kandang, pakan, dan tenaga kerja. Semuanya harus memenuhi standar kesehatan hewan.
Selain itu, situasi geopolitik dan fluktuasi harga sapi dunia turut mempengaruhi proses impor.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Nasrullah, menyatakan bahwa pemerintah sedang mengevaluasi sistem impor. Tujuannya agar proses menjadi lebih efisien.
“Kami menyadari masih banyak hambatan. Baik di dalam negeri maupun dari negara asal. Namun kami terus berupaya mempercepat proses impor,” ujarnya, Selasa (10/6/2025).
Dampak terhadap Produksi Susu Nasional
Minimnya impor berdampak langsung pada rendahnya produksi susu segar dalam negeri.
Data dari Kementan menunjukkan produksi susu domestik hanya mencukupi 22–25% dari kebutuhan nasional. Sisanya dipenuhi melalui impor susu bubuk.
Kondisi ini menyulitkan industri olahan susu dan peternak lokal. Mereka sangat bergantung pada pasokan susu segar yang berkualitas.
Kementan menegaskan, program pembibitan dan peningkatan produktivitas sapi lokal masih dalam tahap pengembangan.
Namun untuk jangka pendek, impor tetap menjadi strategi yang realistis untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak.
Langkah Strategis Pemerintah
Sebagai solusi jangka menengah dan panjang, pemerintah mendorong kolaborasi peternak dan BUMN. Tujuannya adalah membangun sentra peternakan sapi perah yang terintegrasi.
Kementan juga menyiapkan insentif bagi peternak. Insentif tersebut mencakup subsidi pakan dan bantuan pembiayaan kandang.
Diharapkan, populasi sapi perah nasional bisa meningkat tanpa ketergantungan impor.
Percepatan impor juga ditargetkan terjadi pada kuartal ketiga dan keempat 2025. Hal ini dilakukan untuk mengejar kekurangan dari target tahunan.
Kesimpulan
Impor sapi perah yang baru mencapai 9.700 ekor menunjukkan bahwa tantangan Indonesia masih besar. Hambatan administratif, logistik, serta kesiapan peternak menjadi faktor utama.
Pemerintah terus berupaya mempercepat proses impor. Di saat yang sama, strategi jangka panjang tetap dijalankan. Fokus utamanya adalah memperkuat peternakan sapi perah lokal dan meningkatkan produksi susu nasional.