Konten Masak Rendang 200 Kg di Palembang Berujung Ricuh

Pada 18 Maret 2025, konten kreator sekaligus influencer kuliner, Willie Salim, mengadakan acara memasak rendang dalam jumlah besar, yakni 200 kilogram, di kawasan ikonik Benteng Kuto Besak (BKB), Palembang. Aksi tersebut dilakukan dalam rangka berbagi makanan kepada warga setempat. Namun, insiden terjadi saat Willie meninggalkan lokasi sebentar untuk ke toilet—dalam waktu singkat, rendang yang belum sepenuhnya matang itu justru habis diambil oleh warga sekitar.

Momen tersebut direkam dan diunggah ke media sosial, dan seketika viral. Namun alih-alih menuai pujian, konten itu justru menuai kritik karena dianggap merusak citra warga Palembang. Beberapa warganet menilai video itu menimbulkan kesan negatif bahwa warga berebut makanan tanpa kendali.

Polisi Ambil Langkah: 15 Saksi Dipanggil

Konten viral tersebut kemudian berbuntut panjang secara hukum. Beberapa warga yang merasa dirugikan secara moral atas konten itu melaporkan Willie Salim ke pihak kepolisian. Polrestabes Palembang segera merespons dengan memanggil 15 saksi untuk dimintai keterangan. Hingga kini, Willie masih berstatus sebagai terlapor, dan belum ada penetapan tersangka.

Langkah ini dilakukan untuk mendalami unsur pelanggaran hukum, khususnya dalam kaitannya dengan dugaan pencemaran nama baik terhadap masyarakat Kota Palembang.

Respon Hukum dan Masyarakat: Nama Baik Kota Dipertaruhkan

Gugatan terhadap Willie dilayangkan oleh Muhammad Gustryan dan tim hukum dari Gumay Lawfirm. Mereka menilai bahwa konten tersebut telah mencoreng citra masyarakat Palembang di mata publik nasional dan internasional. Menurut mereka, video itu telah menciptakan stigma buruk, seolah warga Palembang bersikap serakah atau tidak sabar saat menerima bantuan makanan.

Namun setelah tiga minggu lebih sejak laporan diajukan, pelapor mengaku belum menerima perkembangan berarti dari pihak kepolisian.

Willie Salim Minta Maaf: Janji Kembali ke Palembang

Menanggapi polemik tersebut, Willie Salim telah menyampaikan permintaan maaf secara terbuka melalui media sosial. Ia mengaku tidak memiliki niat buruk dalam membuat konten tersebut dan siap menghapus video yang dianggap menyinggung.

Willie juga berencana kembali ke Palembang usai Lebaran, guna menyelesaikan persoalan ini secara kekeluargaan dan berdialog langsung dengan para pihak yang merasa tersinggung.

Kesimpulan: Antara Niat Baik dan Dampak Tak Terduga

Kasus ini menjadi pengingat bahwa konten yang berniat baik pun bisa berdampak negatif jika tidak disikapi dengan sensitivitas budaya dan sosial. Sementara proses hukum masih berlangsung, publik menanti apakah persoalan ini bisa diselesaikan dengan mediasi atau akan berlanjut ke ranah pengadilan.