
Sejarah dan Makna Spiritual Bakar Tongkang
Ritual Bakar Tongkang merupakan tradisi sakral etnis Tionghoa yang dilaksanakan setiap tahun di Bagansiapiapi, Kabupaten Rokan Hilir, Riau. Tradisi ini berakar dari kisah migrasi warga Tionghoa asal Fujian, Tiongkok pada abad ke-19 yang berlayar menggunakan kapal kayu (tongkang) menuju pesisir Sumatra. Setibanya di tanah baru, mereka membakar kapal sebagai simbol keputusan untuk menetap dan tidak kembali ke tanah leluhur. Kini, pembakaran replika tongkang menjadi simbol penghormatan terhadap leluhur serta tekad dan komitmen spiritual masyarakat Tionghoa di wilayah tersebut.
Prosesi dan Rangkaian Acara
Festival Bakar Tongkang 2025 dijadwalkan berlangsung pada 20–22 Juni 2025. Rangkaian kegiatan dimulai dengan sembahyang besar di Klenteng Ing Hok Kiong, di mana ribuan umat membawa persembahan seperti buah, kue keranjang, dan dupa. Selanjutnya, replika kapal tongkang sepanjang 8 meter dengan lebar 2,5 meter diarak keliling kota dalam pawai meriah yang dipenuhi warna-warni dan bunyi genderang.
Puncaknya adalah pembakaran replika tongkang. Salah satu momen yang paling dinantikan adalah arah jatuhnya tiang utama kapal (lambang haluan). Jika tiang jatuh ke arah laut, dipercaya membawa keberuntungan bagi nelayan. Sebaliknya, jika ke arah darat, diyakini membawa berkah bagi sektor pertanian dan perdagangan.
Daya Tarik Wisata dan Pengakuan Nasional
Festival ini tidak hanya sarat makna spiritual, tetapi juga memiliki nilai pariwisata yang tinggi. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah menetapkan Bakar Tongkang sebagai bagian dari Kharisma Event Nusantara (KEN). Pada tahun 2024, festival ini berhasil menarik lebih dari 50.000 wisatawan, baik domestik maupun mancanegara, termasuk dari Tiongkok, Malaysia, dan Singapura.
Bagansiapiapi pun ramai dikunjungi wisatawan yang ingin menyaksikan tradisi unik ini secara langsung, sehingga turut menggerakkan sektor ekonomi lokal seperti penginapan, kuliner, dan kerajinan.
Keunikan Budaya: Atraksi Tatung
Salah satu daya tarik yang tak kalah menarik adalah atraksi Tatung. Tatung adalah individu yang diyakini dirasuki roh leluhur dan melakukan ritual ekstrem, seperti menusuk tubuh dengan benda tajam tanpa menimbulkan luka. Atraksi ini menjadi simbol ketahanan spiritual, serta menghidupkan suasana magis dan kekhusyukan festival.
Kesimpulan
Ritual Bakar Tongkang merupakan warisan budaya tak benda yang memadukan kepercayaan, sejarah, dan hiburan spiritual. Festival ini tak hanya menguatkan identitas Tionghoa di Indonesia, tetapi juga menjembatani hubungan antarbudaya sekaligus memperkuat potensi pariwisata lokal. Tahun 2025 menjadi bukti nyata bahwa tradisi ini tetap lestari dan semakin mendunia.