
Kerusakan Pompa Akibat Sampah dan Dampaknya bagi Warga Gunungkidul
Pompa air sungai bawah tanah di Gunungkidul mengalami kerusakan akibat penumpukan sampah. Akibatnya, ribuan pelanggan mengalami gangguan pasokan air bersih. Krisis ini semakin memperburuk kondisi warga yang bergantung pada sungai bawah tanah sebagai sumber utama air. Banyak rumah tangga kini harus mencari sumber air alternatif atau membeli air bersih dengan harga tinggi.
Sampah dan Pencemaran Sungai Bawah Tanah
Salah satu penyebab utama kerusakan adalah pencemaran dari sampah yang masuk ke aliran sungai bawah tanah. Wilayah karst di Gunungkidul memiliki porositas tinggi, sehingga sampah yang tidak terkelola dengan baik dapat menyusup ke dalam batuan dan mencemari air. Selain menurunkan kualitas, juga dapat menyumbat aliran sungai bawah tanah, menyebabkan pasokan air semakin berkurang.
Pembuangan Secara Ilegal Memperparah Kondisi
Maraknya pembuangan secara ilegal semakin memperburuk krisis ini. Di beberapa daerah seperti Kalurahan Giring, Kapanewon Paliyan, sampah yang dibuang sembarangan menyumbat luweng—saluran alami yang menghubungkan permukaan tanah dengan sungai bawah tanah. Penyumbatan ini menghambat pergerakan air dan menyebabkan penurunan debit air yang dapat diambil oleh sistem pompa.
Kerusakan Infrastruktur Air Belum Tertangani
Selain pencemaran, masalah semakin kompleks dengan kerusakan infrastruktur pengambilan air. Bendungan sungai bawah tanah Bribin II di Kalurahan Dadapayu, Semanu, rusak akibat banjir sejak 2017, namun hingga kini belum diperbaiki. Akibatnya, kapasitas pasokan air bagi masyarakat terus menurun. Beberapa daerah mengalami distribusi air yang tidak merata, bahkan ada yang sama sekali tidak mendapatkan suplai air bersih.
Upaya dan Solusi: Perbaikan Infrastruktur dan Pengelolaan
Untuk mengatasi krisis ini, diperlukan langkah konkret dari pemerintah dan masyarakat. Pemerintah perlu mempercepat perbaikan infrastruktur air dan meningkatkan pengawasan terhadap sistem pengelolaan . Edukasi masyarakat juga harus ditingkatkan agar tidak membuang sampah sembarangan, terutama di kawasan karst. Selain itu, investasi dalam teknologi pengolahan air dan pengelolaan sampah yang lebih modern harus diprioritaskan agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan.